• Tutorial
    • Senin, 04 Mei 2015

      Anak Negeri Terkubur Hidup





      Anak Negeri Terkubur Hidup




      (Oleh : Obeth-G)




       




      Suara gemuruh berlomba-lomba menghadap telinga Tuhan




      Suara hujan berlomba-lomba menghadap tanah tandus nan gundul




      Hujan pun ingin menangis dan pergi menjauh tak lekas kembali dari kita




      Namun, karena tuntutan dan hukum akan gravitasi yang menarik, meskipun penarik tak menarik, dan biarpun hujan tak tertarik, bahkan dia jijik




      Anak negeri menulis riwayat di atas batu ditumbuhi lumut sampai menjadi tanah dan hilang




      Anak negeri yang selalu mengumbar pilunya kepada ngkiong yang tatkala satu per satu dihadapkan pada senapan angin mereka yang haus akan darah, satu per satu pun juga hilang




      Anak negeri yang selalu berbagi duka kepada ranting-ranting tua dalam rimba, satu, dua, tiga dan semua telah dibabat, dan harapan terakhir itu pun juga hilang




      Anak negeri  yang hidup, anak negeri yang mati, anak negeri yang hidup tetapi mati, bagai belalang kelam melalang buana tak tentu arah di atas tanah lapang




      Tak ada lagi sepoi angin dengan udara kehidupan Adam mengendus nafas di awal yang Esa ciptakan Semesta




      Tak ada lagi gravitasi menarik hujan ke dalam tanah hidupkan akar kehidupan atas pohon kesejukan dan ranting tempatku berbagi duka




      Anak Negeri Terkubur Hidup




      Anak Negeri Terkubur Hidup




      Anak Negeri, negeri, negeri yang kadang ngeri



      Negeri yang berikan cinta terasa pedih, Negeri yang dijalani terasa letih, Negeri yang dilewati terasa ngeri, Negeri yang terobati tapi tak kunjung pulih, Negeri yang dibersihkan tapi tak kunjung suci, Negeri yang disinari tapi tak kunjung berseri, negeri yang mengalunkan melodi tapi tak kunjung menari, Negeri yang berkobar-kobar mengumbar janji tapi tak kunjung ditepati.